Wednesday, November 28, 2007

Bug di Cerita Jin Lampu Aladdin

Pernah denger cerita jin yang keluar dari lampu Aladdin kan? Menurut ceritanya, tiga permintaan kita bakalan dikabulin kalo kita membebaskan jin tersebut. Nah, berikut adalah syarat-syaratnya (bila kamu menemukan dan kemudian menggosokkan).
  1. Tidak boleh minta permintaan lagi,
  2. Tidak boleh mengubah sejarah/kehidupan orang lain tanpa persetujuan orang tersebut,

Nah, kalo saya nemu:

Permintaan pertama:
"Saya minta 10 permintaan lagi"

TEETT!!!
(Exception raised, error no. 1: Tidak boleh minta permintaan lagi)

"Saya minta koneksi Internet gratis 24 jam dengan kecepatan 100 GByte/S"

TUINGG!!! (Permintaan dikabulkan)

Permintaan kedua:
"Saya mau tanya apakah jin selalu mengabulkan 3 permintaan setiap kali keluar dari lampu???"

TUINGG!!! (Permintaan dikabulkan)
Ya iyalah...itu permintaan ke-2...(pertanyaan termasuk permintaan (minta jawaban toh?))

Sang jin menjawab, "YOI, 3 PERMINTAAN DIKABULKAN SETIAP SAYA KELUAR DARI LAMPU!"

Permintaan ketiga:
"Saya mau kamu masuk lagi ke botol"

TUINGG!!!

Hayo tebak yang selanjutnya terjadi... :D

Pesan moral:
Ada bug di cerita Jin Lampu Aladdin... (sudah saatnya si jin mem-patch syaratnya). Buat para admin sistem, rajin-rajinlah mem-patch sistem anda biar aman ga kayak si Jin kolot yang lupa mem-patch syaratnya sendiri :D.

NB:
Cerita ini bersumber dari Friendly. Diubah seperlunya dengan gaya bahasa gw tanpa mengubah makna yang terkandung di dalam cerita (+ gw nambahin pesan moral buat para admin)


Semoga bermanfaat... :)


Keling

Mendengar kata "keling", yang terbayang di otak ku adalah orang India. Tetapi bukan hanya itu, seiring dengan waktu, makna kata keling meluas artinya menjadi "hitam". Jadi bila mendengar kalimat "beli mercon di tempat orang keling", artinya adalah beli mercon(petasan) di tempat orang India. Tetapi kalau ada kalimat "keling kali pun kau" arinya adalah hitam sekali kau.

Pernah beberapa waktu yang lalu aku bertemu dengan salah seorang teman yang karena kehendak Tuhan dilahirkan dari ras India. Begini kira-kira percakapan kami.

DaGu (D): "Mo kemana?"
Teman (T): "Mo ke kuil di jalan XXX" (Gw lupa nama jalannya :))

D: "Dimana tu?" (Beneran ga tw, makanya sekarang masih lupa :D)
T: "Di dekat jalan Zainul Arifin"

D: "Ohh... Kampung Keling..." (Daerah di sekitar jalan Zainul Arifin dikenal sebagai Kampung Keling).
T: "Jangan gitu la bang..." (Mungkin dipikirnya gw nyindir dia..., padahal dikit pun ga da maksud untuk nyindir ato apapun...)

Gitu seringnya kata "keling" didengar (khususnya bagi warga kota Medan), sebenarnya darimana sih kata tersebut berasal? Menurut informasi yang gw dapet dari tabloid Suara USU No. 60/XII/Oktober 2007, munculnya kata "keling" kemungkinan berasal dari orang-orang Non-India yang mendengar bunyi gelang yang berjejer panjang di tangan dan di kaki orang-orang India ketika mereka berjalan. "Kan bunyinya kling, kling, kling, jadi muncullah nama Kampung Keling", jelas Rodiah, penduduk setempat yang juga pengurus Yayasan The South Indian Moslem Mosque and Walfare Community.

Mengenai benar tidaknya asal kata ini, tidak ada yang tahu. Karena sumbernya sendiri juga masih ragu-ragu. Tapi yang masih bikin gw penasaran, kenapa mereka (orang India kota Medan - kalo kota lain gw ga tau) hobi banget jualan mercon & kembang api ato buka toko peralatan olah raga???

Sunday, November 25, 2007

Selamat Datang Mati Lampu

Sejak hari Kamis, tanggal 22-11-2007 PLN dengan teratur memadamkan listrik (lagi) untuk wilayah Medan. Karena itu dihimbau agar masyarakat memaklumi (lagi) hal ini, karena memang sudah kebiasaan PLN memadamkan listrik (tentunya dengan alasan pemeliharaan). Selamat datang (kembali) buat saudara Mati Lampu...

Friday, November 23, 2007

Pembicaraan Developer dengan Client

Client: "Mas, saya mo minta buatin program stok barang donk"
Developer: "Bisa pak"
Client : "Harganya berapa Mas? Jangan yang mahal-mahal ya. Kasi harga grosir la..."
Developer: "<%(*_*)%>";

(Emangnya rokok, bisa dibeli pake harga grosir)

Yah, begitulah kira-kira pembicaraan ku dengan seorang client... :)

07.52

Pagi ini (Sabtu, 24 Nopember 2007) menunjukkan pukul 07.52. Wah, tumben aku dateng ke kantor pagi-pagi... (hari Sabtu pulak) :)

Kebijaksanaan Cendol

Semoga artikel di bawah ini dapat membuat kita lebih baik lagi...

Karena akan menerima tamu dari Thailand, maka Kyai itu merasa harus menyuguhkan Jawa. Segala yang nampak pada Pondok Pesantren yang dipimpinnya, sebenarnya relatif sudah mengekspresikan tradisional Jawa. Potret desa, model-model bangunan dan irama kehidupannya. Sang Tamu besok mungkin akan mendengarkan para santri berbincang dalam bahasa Arab atau Inggris. Tapi itu bukan masalahnya. Yang penting Kyai kita ini tidak akan mungkin menyediakan Coca Cola ke depan hidung tamunya dari tanah Thai itu.

Demikianlah akhirnya sekalian Santriyah yang tergabung dalam Qismul Mathbah (Departemen Dapur) bertugas memasak berbagai variasi menu Jawa. Dari sarapan grontol, makan siang nasi brongkos, malam gudeg, besoknya pecel, lalu sayur asem dengan snack lemet dan limpung.

Sang Kyai sendiri "cancut tali wondo" mempersiapkan suguhan siang hari yang diperkirakan bakal terik. Ia dengan vespa kunonya melaju, membawa semacam tempat sayur yang besar. Empat kilometer ditempuh, dan sampailah ia ke warung kecil di tepi jalan. Seorang Bapak tua penjual cendol. Sang Kyai sudah memperhitungkan waktunya untuk sampai pada bapak cendol ini pada dinihari saat jualannya. Yakni ketika stock masih melimpah.

Terjadilah dialog dalam bahasa Jawa krama-madya.

Masih banyak, pak ?
Masih Den, Wong baru saja bukak beberan.

Alhamdulillah, ini akan saya beli semua. Berapa ?
Pak Cendol kaget, Lho, Jangan Den ! Jawabnya spontan.

Sang Kyai pun tak kalah kagetnya : Kok Jangan ?
Lho, Kalau dibeli semua, bagaimana saya bisa berjualan ?

Sang Kyai terbelalak. Hatinya mulai knocked-down, tapi belum disadarinya.
Lho, kan saya beli semuanya, jadi bapak nggak perlu repot-repot berjualan
lagi disini hari ini.

Pak Cendol tertawa dan sang Kyai makin terperangah.
Orang jualan kan untuk dibeli. Kalau sudah laku semua kan malah beres ?

Pak Cendol makin terkekeh.
Panjenengan ini bagaimana tho den ! Kalau dagangan saya ini dibeli semua,
nanti kalau orang lainnya mau beli bagaimana ! Mereka kan tidak kebagian !

Knock-Outlah Sang Kyai
Ia terpana. Pikirannya terguncang. Kemudian sambil tergeregap ia berkata : "Maafkan, maafkan saya pak. Baiklah sekarang bapak kasih berapa saja yang bapak mau jual kepada saya".

Seperti seorang aktor di panggung yang disoraki penonton, ia kemudian mendapatkan vespanya dan ngeloyor pulang. Sesampainya di Pondok ia langsung memberikan cendol ke dapur dan memberi beberapa penugasan kepada santriyah, kemudian ia menuju kamar, bersujud syukur dan mengucapkan istighfar, lantas melemparkan tubuhnya di ranjang.

Alangkah dini pengalaman batinku gumannya dalam hati. Sembahyang dan latihan hidupku masih amat kurang. Aku sungguh belum apa-apa di depan orang luar biasa itu. Ia tidak silau oleh rejeki nomplok. Ia tidak ditaklukan oleh sifat kemudahan-kemudahan memperoleh uang. Ia terhindar dari sifat rakus. Ia tetap punya dharma kepada sesama manusia sebagai penjual kepada pembeli-pembelinya.

Ia bukan hanya seorang pedagang. Ia seorang manusia.


Dikutip dari Emha Ainun Najib

Wednesday, November 21, 2007

Pagi Ini Dua Orang Marah-Marah

Seorang pengendara motor king ingin mendahuluiku, tapi niatnya terhenti karena di simpang jalan Makmur ada pengendara lain yang hendak menyeberang. Mungkin karena pengendara tersebut agak lambat, pengendara motor king marah-marah. Pake nggeber-geber motornya lagi. Ga cuma itu, dia malah melototin pengendara motor yang hendak nyebrang. Heran neh, pagi-pagi udah marah-marah, gimana ntar siang ya? Gara-gara lambat sedikit aja ampe marah gitu. Sabar dikit napa sih?

Yang kedua terjadi di simpang Pattimura dan Mongonsidi. Seorang kernet marah-marah karena mobil didepannya belum jalan padahal lampu lalu lintas sudah ijo. Loh, kalo gitu kernetnya ga salah donk? Ya jelas salah la! Lampu ijonya baru nyala ± 1 detik eh si kernet udah marah-marah. Heran, gitu aja kok marah.

Pagi-pagi udah marah-marah. Gimana ntar siangnya?

Wednesday, November 14, 2007

Tentang Programmer

"Rokoknya mas"
"Makasi, ga ngerokok"
"Loh, programmer disini kok pada ga ngerokok smua ya? Kalo disana programmer pada ngerokok semua..."

Begitulah kira-kira sekilas perbincangan ku dengan salah seorang programmer asal pulau Jawa pas lagi ngerjain project di salah satu perusahaan perkebunan. Menyiratkan kalau dia menganggap bahwa semua itu programmer itu perokok. Memang, kadang-kadang ada faktor-faktor tertentu membuat seseorang "dicap" sebagai programmer. Saking maniaknya coding, seorang programmer kadang-kadang mpe lupa cukuran, jarang mandi, telat sarapan (dirapel ama makan malam), ga pernah ganti baju, daerah sekitar mata kehitam-hitaman, tak jarang yang sering pilek karena kebiasaan begadang. Hal inilah yang membuat programmer diidentikkan dengan hal-hal tersebut di atas.

Ada satu kasus menarik. Ada seseorang mengirimkan email ke milis. Intinya dia kebingungan mau berpakaian apa pada saat wawancara pekerjaan sebagai programmer. Wah kenapa bingung? Karena telah tertanam di otaknya bahwa pakaian programmer mesti acak-acakan. Karena ada wawancara pekerjaan, dia bingung kalo berpakaian rapi ntar dianggap bukan programmer. Kalo pakaian acak-acakan ntar dianggap ga sopan. Nah lo, ga nyambung banget kan? Kita mesti sadar diri lah, namanya juga mau wawancara. Pakai pakaian yang sopan dunkz. Apa anda mau pergi wawancara tapi belum mandi, masih pake kaos oblong, celana pendek, kumis dan jenggot belum dirapiin, belum sikat gigi, mata masih setengah karena baru selesai coding? Ngga kaan...?

Kitalah yang Menciptakan
Yah, kitalah yang membuat aturan-aturan tersebut. Mengelompokkan seseorang berdasarkan "cover"-nya. Kalo mau jujur, ga semua orang seperti itu. Ga jarang kok programmer yang pakaiannya rapi. Keahlian seseorang di bidang programming ga ditentukan ama rapi atau tidak pakaiannya. So, walaupun seorang programmer berjenggot tebal, pakaian lusuh, mata kehitam-hitaman, belum tentu dia master coding. Bisa jadi dia adalah seorang programmer yang ga laku karena kurang ilmu.

Aku banyak kenal programmer yang berpakaian rapi, dan kenal pula programer-programmer berpakaian yang acak-acakan. Aku kenal juga programmer yang merokok. Dan banyak juga kenal mereka yang tidak merokok. Kesimpulannya, bukan dari cara pakaian atau kebiasaan yang menentukan bahwa seseorang itu programmer atau bukan. Soal cara pakaian dan kebiasaan itu merupakan pribadi dari masing-masing programmer dan berbeda satu sama lainnya.


Mr. X: "Mas, programmer ya?"
Gelandangan: "Kok nebak gitu?"
Mr. x: "Tuh pakaiannya acak-acakan..."
Gelandangan: "Lah.. dulu gw disebut gelandangan, sekarang disebut programmer... Udah nasib jadi orang susah.. disebut apa aja ya pasrah aja..." (Bicara dalam hati sambil garuk-garuk kepala)

Friday, November 09, 2007

Mengintip Password Komputer Boss

Seorang office boy (OB) suatu hari sedang membersihkan lantai di belakang kursi Direktur. Saat itu sang direktur sedang duduk di kursinya mengerjakan sesuatu yang kelihatan sangat penting di depan komputernya. Saking sibuknya sang direktur berkonsentrasi ke komputer, ia tidak menyadari si office boy mengintip dari pundaknya apa yang sedang ia kerjakan.

Beberapa menit kemudian, di ruang office boy, ia mengatakan kepada rekannya yang lain, bahwa ia tadi sempat mengintip sang boss mengetikkan password-nya! Ia melihat huruf demi huruf! Ia pun tegang karena mungkin merupakan satu-satunya yang tahu password orang nomor satu di perusahaan itu!

Kabar angin pun beredar beberapa hari kemudian, dan seorang staf IT yang ingin masuk lewat jaringan ke komputer sang boss untuk mengetahui rahasia perusahaan terutama rahasia boss, mendekati si office boy.

"Saya akan bayar berapa untuk password itu?" tanya si staf IT.

Sang office boy dengan gugup menjawab, "Dua ratus ribu!"

"Kemahalan! Seratus," staf IT berargumen sambil langsung menyodorkan uang seratus ribu.

Si office boy pun setuju.

Setelah memberikan uangnya, si staf IT menyiapkan pensil untuk mencatat di secarik kertas. "Oke, apa passwordnya?"

"Bintang, bintang, bintang, bintang, bintang, bintang!" jawab sang office boy sambil berbisik. "Passwordnya ternyata hanya enam bintang!"


Sumber: http://www.ketawa.com

Egois

Matahari semakin meninggi, udara panas sedikit menyengat. Sayup-sayup terdengar suara lantunan ayat-ayat suci Al Qur'an dari speaker mesjid, dikalahkan oleh bising kendaraan. Dengan mengenakan jaket hitam pelindung panas, aku, bersama sepeda motorku, menuju rumah sepupuku.

Bersiap-siap mo shalat Jum'at karena panggilan sudah terdengar. Setelah berwudhu, ku melangkahkan kaki menuju mesjid Silaturrahim.

Sang khatib berkhutbah. Seperti biasa, aku mendengarkan dan mencoba untuk tidak mengantuk. Tapi kali ini ada yang menarik di dalam isi khutbahnya. Ia menyinggung orang-orang yang sudah sering naik haji. Untuk setiap muslim, ibadah haji hanya diwajibkan sekali seumur hidup, itupun bila mampu. Ibadah haji yang berikutnya tidak dipandang sebagai ibadah wajib. Khatib Jum'at tersebut berpendapat alangkah baiknya bila uang yang digunakan untuk berhaji yang kedua dan seterusnya disumbangkan untuk membangun fasilitas umum seperti jembatan yang rusak. Atau membantu fakir miskin dan anak-anak terlantar. Manfaatnya lebih terasa. Bila dibandingkan dia haji berkali-kali. Bayangkan bila orang-orang muslim kaya yang sering naik haji memikirkan hal ini. Sudah berapa fasilitas umum yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat? Sudah berapa anak-anak yang bersekolah? Sudah berapa fakir miskin yang tersenyum bahagia?

Aku berpikir, manusia adalah makhluk egois. Hanya sedikit yang memikirkan penderitaan orang lain. Hanya sedikit yang peduli dengan nasib orang lain. Astaghfirullah... Apakah aku termasuk salah satu diantara mereka yang egois? Apakah aku hanya memikirkan kepentingan diri sendiri? Ya Allah, ampunilah dosa-dosa hamba-Mu ini... aamiin...

Thursday, November 08, 2007

He 's here and with me for a reason

Sebuah kisah menarik untuk pengembangan diri. Renungkan, pahami, dan lakukan....

Tuhan memberiku sebuah tugas, yaitu membawa keong jalan-jalan. Aku tak dapat jalan terlalu cepat, Keong sudah berusaha keras merangkak, setiap kali hanya beralih sedemikian sedikit.

Aku mendesak, menghardik, memarahinya, keong memandangku dengan pandangan meminta maaf, serasa berkata : "aku sudah berusaha dengan segenap tenaga..."

Aku menariknya, menyeret, bahkan menendangnya. Keong terluka. Ia mengucurkan keringat, nafas tersengal-sengal, merangkak ke depan.

Sungguh aneh, mengapa Tuhan memintaku mengajak seekor keong berjalan-jalan? Ya Tuhan! Mengapa? Langit sunyi-senyap... Biarkan saja keong merangkak di depan, aku kesal di belakang. Pelankan langkah, tenangkan hati...

Oh? Tiba-tiba tercium aroma bunga, ternyata ini adalah sebuah taman bunga. Aku rasakan hembusan sepoi angin, ternyata angin malam demikian lembut. Ada lagi! Aku dengar suara kicau burung, suara dengung tawon. Aku lihat langit penuh bintang cemerlang. Oh? Mengapa dulu tidak rasakan semua ini? Barulah aku teringat, mungkin aku telah salah menduga! Ternyata Tuhan meminta keong menuntunku jalan-jalan sehingga aku dapat mamahami dan merasakan keindahan taman ini yang tak pernah kualami kalau aku berjalan sendiri dengan cepatnya.

"He 's here and with me for a reason..."

Saat bertemu dengan orang yang benar-benar engkau kasihi, haruslah berusaha memperoleh kesempatan untuk bersamanya seumur hidupmu. Karena ketika dia telah pergi, segalanya telah terlambat.

Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya. Karena seumur hidup manusia, teman sejati tak mudah ditemukan.

Saat bertemu penolongmu, ingat untuk bersyukur padanya. Karena ia lah yang mengubah hidupmu.

Saat bertemu orang yang pernah kau cintai, ingatlah dengan tersenyum untuk berterima kasih. Karena ia lah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang kasih.

Saat bertemu orang yang pernah kau benci, sapalah dengan tersenyum. Karena ia membuatmu semakin teguh/kuat.

Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu, baik-baiklah berbincanglah dengannya. Karena jika bukan karena dia, hari ini engkau tak memahami dunia ini.

Saat bertemu orang yang pernah diam-diam kau cintai, berkatilah dia. Karena saat kau mencintainya, bukankah berharap ia bahagia?

Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu, berterimakasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidupmu. Karena ia adalah bagian dari nostalgiamu.

Saat bertemu orang yang pernah salah paham padamu, gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya. Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan.

Saat bertemu orang yang saat ini menemanimu seumur hidup, berterimakasihlah sepenuhnya bahwa ia mencintaimu. Karena saat ini kalian mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati.

Wednesday, November 07, 2007

Halal bi Halal

Halal bi Halal, sebuah momen setelah bulan Ramadhan, berkumpul untuk saling mempererat silaturahim. Hal ini lazim dilakukan di Indonesia. Dan yang menarik, ternyata orang Arab sendiri, tidak mengerti apa itu halal bi halal, karena memang tidak ada istilah seperti itu di dalam bahasa Arab. Jadi, bagaimana bisa istilah tersebut populer di Indonesia? Bahkan istilah tersebut kita ekspor ke Malaysia dan Brunei.

Ga jelas siapa yang membuat istilah "Halal bi halal". Ada yang bilang bung Karno lah yang memprakarsainya [link]. Dari salah satu acara di tv, sejarah halal bi halal bermula dari kemerdekaan bangsa Indonesia diraih bertepatan pada saat umat Muslim melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Pada bulan Ramadhan-lah bangsa Indonesia terbebas dari penjajahan dan juga dari godaan syetan. Pada saat itu banyak spanduk yang bertuliskan HALAL BI HALAL. Oleh karena itulah frase tersebut masih dipake sampai sekarang. Entah siapa yang buat, tapi yang jelas nilai bahasa Arabnya D. Hehe...

Hm... ntar Malaysia mengklaim "Halal bi halal" asli dari Malaysia ga ya...???

NB:
momen postingnya ga dpt... mestinya gt abis lebaran... yah... baru kemaren sempat ngetiknya (sok sibuk)

Hati: Tak Bisa Kau Pungkiri

Hati...
Sesuatu yang tak bisa kau ingkari
dan tak bisa kau pungkiri
serta tak bisa kau hindari
tidak bisa pula kau manipulasi
walau yakin bisa kau lakukan
Ia takkan berubah
bagaimanapun caramu mengubahnya
Ia hanya bisa terpendam
dan menyisakan setitik api
yang takkan padam
kecuali kau menemukan yang baru
yang lebih terang
dari api kecilmu
sebelum itu
terimalah...
Ia takkan bisa kau ingkari...

Tuesday, November 06, 2007

Muhammad SAW Penutup Nabi-Nabi


[33:40] Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Dari sejak Nabi Muhammad SAW wafat hingga kini, banyak sekali manusia yang mengaku-ngaku menjadi nabi atau rasul yang terakhir umat Islam. Padahal, dari surat Al Ahzab ayat 40 di atas, sudah jelas bahwa Rasulullah SAW adalah penutup nabi-nabi. Bila para pendusta berkata "Aku adalah rasul terakhir, sedangkan Al Qur'an mengatakan Muhammad SAW adalah penutup nabi, bukan penutup rasul", maka dia benar-benar BODOH. Nabi BELUM TENTU rasul, sedangkan rasul SUDAH PASTI nabi. Seseorang tidak akan menjadi rasul, bila ia bukan nabi. Bila Nabi Muhammad SAW adalah penutup nabi-nabi, maka SUDAH PASTI dia juga penutup rasul-rasul sebelumnya.

Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah...

Hanya sedikit yang dapat saya sumbangkan demi tegaknya kebenaran di dunia ini...

Semoga bermanfaat...

Ayat Al Qur'an diambil dari: http://www.dudung.net.