Sunday, October 21, 2007

Rendang Open Source

[Serius Mode Off]

Isu rendang sudah dipatenkan oleh Malaysia emang udah lama banget. Tapi pas lagi makan rendang pada saat Idul Fitri kemaren, isu tersebut kembali terngiang-ngiang. Bila rendang sudah dipatenkan oleh Malaysia, maka semua restoran Padang yang menyediakan rendang sebagai menu masakannya harus membayar royalti kepada Malaysia. Kalo udah gitu bakalan banyak restoran-restoran "pemberontak". Mana mungkin mereka mau bayar royalti untuk rendang yang jelas-jelas memang dari Padang. Kemudian muncullah rendang bajakan, yaitu rendang yang dijual tetapi tidak membayar royalti kepada Malaysia. Dan muncullah isu "haram" bagi rendang bajakan. Sweeping rendang bajakan dilakukan secara berkala. Bagi restoran yang tidak dapat menunjukkan sertifikat rendang "Asli Malaysia" akan dituntut. Karena sudah tidak tahan lagi terhadap monopoli rendang "Asli Malaysia", lahirlah sebuah komunitas anti rendang bajakan yang menciptakan Rendang Open Source. Resep rendang open source dapat diperoleh secara gratis. Membuatnya pun tidak perlu lisensi. Akhirnya pemerintah Indonesia dengan gencar mempromosikan Rendang Open Soure dan membuat sebuah resep rendang baru yaitu RIGOS (Rendang Indonesia Go Open Source).

[Serius Mode On]

Kalau mo buat rendang ya buat lah... tak perlu lah dipatenkan segala... Negara yang aneh....

:)

1 comment:

blacksantara said...

hahahaha Salah siapa???

sabar dulu deh, coba tanya dulu kenapa bisa begini?

secara pribadi gw melihat ini akibat dari bangsa indonesia yang tidak menghargai sejarah bangsanya sendiri. Atau bisa dibilang bangsa kita hampir melupakan sejarahnya sendiri. Lupa asal usulnya, lupa oleh para pahlawannya, lupa oleh adat istiadat, dan lupa untuk membela diri sendiri.

jangan salahkan malaysia semata, perbaiki dulu diri kita bercermin dahulu sebelum bertindak.

Se-orang indonesia babakbelur dipukul di negeri jiran, se-orang mati dipukul karena mencuri ayam di negeri sendiri.

Dulu kita berbondong bondong menuju malaysia mencari kerja menjadi kuli, pembantu, dosen dll.

Malaysia mengatakan mereka kekurangan tenaga kerja.

Kita tidak sadar bahwa sebenarnya sumberdaya malaysia pada saat itu justru dikirim ke amerika, eropa dan australia untuk menimba ilmu.

Mereka meninggalkan negeri mereka pada tenaga kerja indonesia, lihat lah gaji dosen yg bekerja di malaysia hampir 10 kali lipat dari gaji dosen yg bekerja di indonesia.

Para pekerja indonesia bangga dan membusungkan dada betapa hebatnya mereka di negeri malaysia.

SEKARANG...

Orang malaysia yang dulunya di kuliahkan ataupun dipekerjakan di amerika mereka kembali ke malaysia...

mereka mulai mengisi posisi2 yang menyebabkan orang indonesia harus menyingkir.

sekarang mereka mengatakan mereka tidak butuh pekerja indonesia...

mereka pulangkan kembali dosen2 indonesia yg puluhan tahun sudah mengajar di malaysia..

mereka isi posisi dosen dengan produk malaysia hasil olahan negeri amerika dan eropa...

Apa yang akan terjadi, terjadilah..

Kita akan siap menghadapinya

Kita harus siap menghadapinya